1.
TEORI
BELAJAR BEHAVIORISTIK
a.
Pengertian
Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar
behavioristic adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristic dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b.
Ciri-ciri
Teori Belajar Behavioristik
1.
Mementingkan
pengaruh lingkungan
2.
Mementingkan
bagian-bagian ( elementalistik )
3.
Mementingkan
peranan reaksi.
4.
Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
5.
Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya,
6.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7.
Hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
c.
Tokoh-tokoh
Aliran Teori Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.
1) Teori
Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula
dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
2) Teori
Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
3) Teori
Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan
antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia
sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti
halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan
kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam.
4) Teori
Belajar Menurut Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,
Gredler, 1991). Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap.
5) Teori
Belajar Menurut Skinner
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh
tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku
(Slavin, 2000).
d.
Implementasi
Teori Belajar Behavioristik
Implementasi teori behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran
yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of
knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid.
2.
TEORI
BELAJAR KOGNITIF
a.
Pengertian
Teori Belajar Kognitif
Belajar kognitif memandang belajar
sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar
pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi.
Teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996:
53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
b.
Tokoh-tokoh
Aliran Teori Kognitif
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Piaget, Bruner, Ausubel. Berikut akan dibahas karya-karya para
tokoh aliran kognitif.
1) Teori
Belajar Menurut Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses
berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan
adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.
Proses
Kognitif Piaget
·
Skema à
kerangka kognitif / kerangka referensi
·
Asimilasi àproses
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yg sudah ada
·
Akomodasi àmenyesuaikan
diri dengan infomasi yg baru
·
Organisasi à
mengelompokkan perilaku/ konsep kedalam kelompok2 yg terpisah ke dalm sistem
kognitif yang lebih tertib, lancar; dengan menggunakan kategori2
·
Ekulibirasi à
bergerak dari satu tahap ke tahap yg lain à rawan konflik dalam usahanya
memahami dunia. Jika berhasil akan mendapatkan keseimbangan pemikiran
2) Teori
Belajar Menurut Bruner
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa
pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.
3) Teori
Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1)
Belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote
learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan
menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
c.
Implementasi Teori Belajar Kognitif
1) Dalam
CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada,artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajarinya,dengan
demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh
yang memiliki keterkaitran satu sama lain.
2) Pembelajaran
kontektual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan
baru.Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,artinya pembelajaran
dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman
pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi
untuk dipahami dan diyakini,misalnya dengan meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolahnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut.Artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,sehingga tampak
perubahan pribadi siswa.
5) Melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai
umpan balik, untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi
3.
TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME
a.
Pengertian
Teori belajar Konstruktivisme
Belajar
menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan
mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang
sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
b.
Ciri-ciri
Teori Belajar Konstruktivisme
1.
Pembelajaran
berpusatkan murid
2.
Fokus
kepada pembelajaran bukan pengajaran
3.
Guru
sebagai fasilitator.
4.
Pembelajaran
sebagai satu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
5.
Menyokong
pembelajaran secara koperatif.
6.
Menggalakkan
dan menerima daya usaha dan autonomi murid.
7.
Memberi
peluang kepada murid untuk membina pengetahuan baru dengan memahaminya melalui
penglibatan murid dengan situasi dunia yang sebenar.
8.
Menggalakkan
murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru.
9.
Menggalakkan
proses inkuiri murid melalui kajian dan experimen
10. Mengambil kira dapatan kajian tentang
bagaimana murid belajar sesuatu idea.
11. Mengambil kira kepercayaan dan sikap
yang dibawa oleh murid.
12. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan
oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
c.
Tokoh
Aliran Teori Belajar Konstruktivisme
Tokoh-tokoh aliran konstruktifisme di
antaranya adalah Piaget, dan Vygotsky. Berikut akan dibahas karya-karya para
tokoh aliran konstruktifisme.
1) Teori
Belajar Menurut Piaget
Piaget
yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan
akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
2) Teori
Belajar Menurut Vygotsky
Vygotsky didasarkan pada dua ide utama.
Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari
konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung
pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh
budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah,
dengan demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem
komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk
menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
d.
Implementasi
Teori Belajar Konstuktivisme
1) Menyediakan
pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat melakukan konstruksi
pengetahuan
2) Pembelajaran
dilaksanakan dengan mengkaitkan kepada kehidupan nyata;
3) Pembelajaran
dilakukan dengan mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai;
4) Memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
5) Pembelajaran
dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;
6) Pembelajaran
menggunakan barbagia sarana;
7) Melibatkan
peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta
didik (Knuth & Cunningham,1996).
e.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
1) Kelebihan
·
Berfikir alam proses
membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana
idea dan membuat keputusan.
·
Faham : Oleh karena
murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
·
Ingat : Oleh karena
murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka.
Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi
baru.
·
Kemahiran sosial:
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam
membina pengetahuan baru.
·
Menyenangkan: Oleh
karena mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa senang dalam belajar dalam
membina pengetahuan baru.
2) Kekurangan
·
Dalam bahasan
kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya
dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
·
Lebih luas, cakupan
makna dan sulit dipahami.
4.
TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
a.
Pengertian
Teori Belajar Humanistik
Menurut Abraham hal yang terpenting
dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidak normalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori Freud.
Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal – hal positif.
Kemampuan positif ini disebut potensi yang ada dalam manusia dan pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan pada hal – hal positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain efektif. Misalnya
kemampuan dalam ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan
orang lain, kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang
lain, kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Jadi
intinya adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan
sehari – hari. Selain menitikberatkan pada interpersonal, para pendidik juga
membuat pembelajaran yang membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan dan
berfantasi.
b.
Tokoh-tokoh
Aliran Teori Humanistik
Adapun
tokoh – tokoh yang mempelopori psikologi humanistik yang digunakan sebagai
teori belajar humanisme sebagai berikut :
1) Teori
Belajar Menurut Maslow
Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal
adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ).
Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang
dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut
memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.
2) Teori
Belajar Menurut Arthur Combs
Arthur Combs berpendapat bahwa belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak
di sukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru harus
memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut,
sehingga apabila merubah perilakunya, seorang guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
3) Teori
Belajar Menurut Carl Rogers
Menurutnya
hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :
a) Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya.
b) Siswa
akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
c) Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan
yang bermakna bagi siswa.
d) Belajar
yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
c.
Implementasi
Teori Belajar Humanistik
1) Guru
Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian
atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes ( petunjuk ) :
a) Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas.
b) Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c) Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d) Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e) Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g) Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
h) Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
i)
Dia harus tetap waspada
terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat
selama belajar.
j)
Di dalam berperan
sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganalisis dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
2) Implementasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Implementasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa
untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
a) Merumuskan
tujuan belajar yang jelas.
b) Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
c) Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
d) Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
e) Siswa didorong
untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa
yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f) Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g) Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
h) Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
5.
Perbandingan antara Teori Belajar Behavioristik,
Kognitif, dan Humanistik.
NO
|
Teori Belajar Behavioristik
|
Teori Belajar Kognitif
|
Teori Belajar Humanistik
|
1.
|
Belajar
menurut teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Adapun akibatnya
adanya interaksi antara stimulus dan respons, siswa mempunyai pengalaman
baru, yang menyebabkan mereka mengadakan tingkah laku dengan cara yang baru.
|
Belajar menurut teori belajar
kognitif selalu di dasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Psikologi gestalt
berpendapat proses pemerolehan pengetahuan di dapat dengan memandang sensasi
secara keseluruhan sebagai suatu objek yang memiliki struktur atau pola-pola
tertentu, dengan demikian tingkah laku seseorang bergantung pada insight terhadap hubungan-hubungan
yang abadi dalam suatu situasi. Ahli Psikologi konstruktif berpendapat bahwa
proses pemerolehan pengetahuan adalah melalui proses penstrukturan kembali
struktur kognitif yang telah di miliki agar bersesuaian dengan pengetahuan
yang akan di peroleh sehingga pengetahuan itu dapat di adaptasi
|
Belajar menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Tujuan utama para pendidik adalah membantu para
siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
|
2.
|
Kelebihan teori behavioristik
adalah sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
kebiasaan yang nengandug unsur unsur seperti kecepatan spontanitas kelenturan
reflek daya dsb.
|
Kelebihan teori Kognitif
n Dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah (problem solving)
n Dapat meningkatkan motivasi
|
Kelebihan teori belajar humanistik
cocok untuk di terapkan dalam materi materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan pribadi,hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilannya adalah siswa merasa senang bergairah
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir perilaku atas
kemauan sendiri.
|
3.
|
Kekurangan teori behavioristik
adalah penerapan teori yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proases pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
center,otoriter komunikasi berlangsung satu arah,guru melatih dan menentukan
apa yang harus di pelajari murid.
|
Kekurangan teori kognitif adalah
karena guru bukan sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang di
tuntut dalam refleksi atas apa yang telah di perintahkan dan di lakukan oleh
guru. Maka dalam hal ini kewibawaan dari seorang guru akan berkurang yang
berimbas penghormatan seorang siswa kepada seorang guru juga akan berkurang
|
Kekurangan
teori ini adalah Jika tidak terkontrol, murid akan mempunyai sikap egois yang
tinggi. Melakukan apa yang mereka inginkan tanpa batas, siswa tidak mengetahui
bahwa dirinya memililiki kepribadian yang unik.
|
4.
|
.Aplikasi teori behavioristik
terhadap pembelajaran siswa yaitu Guru menyusun bahan pelajaran dalambentuk
yang sudah siap.Guru tidak banyak membrrikan ceramah tetapi dengan instruksi
singkat dan memberikan contoh contoh yang di lakukan sendiri/simulasi. Bahan
pelajaran di susun hirarki dari yang sederhana sampai yang komplek. kesalahan
kesalahan harus segera di perbaiki, pengulangan dan latihan di gunakan supaya
perilaku yang di inginkan dapat menjadi kebiasaan
|
Aplikasi teori Kognitif yaitu
lebih menekankan bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuan berdasarkan kematangan kognitif yang di milikinya. Proses
pembelajaran siswa merupakan pembentukan lingkungan belajaryang dapat membantusiswa
untuk membangun konsep-konsepatau prinsip-prinsip siswa berdasarkan
kemampuanya sendiri melalui proses internalisasi.
|
Aplikasi teori humanistik yaitu
lebih menuju pada ruh/spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode
metode yang di terapkan.Guru menjadi fasilitator dan motivasi,kesadaran
mengenai maakna belajar dalam kehidupan siswa, siswa sebagai pelaku utama
yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
|
Komentar
Posting Komentar